Beranda | Artikel
Nasihat dan Pelajaran Berharga
Rabu, 26 April 2017

Bismillah.

Segala puji bagi Allah, Rabb seru sekalian alam. Salawat dan salam semoga tercurah kepada hamba dan utusan-Nya yang membawa petunjuk dan agama yang benar kepada segenap insan.

Amma ba’du.

Sesuatu yang paling mendasar di dalam agama Islam adalah bahwa setiap manusia diciptakan oleh Allah demi mewujudkan tujuan beribadah kepada-Nya. Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (adz-Dzariyat : 56)

Jin dan manusia diciptakan oleh Allah untuk beribadah kepada-Nya. Sebagaimana Allah ciptakan kematian dan kehidupan dalam rangka menguji kita; siapakah diantara kita yang terbaik amalnya. Allah berfirman (yang artinya), “Yang telah menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kalian; siapakah diantara kalian yang terbaik amalnya.” (al-Mulk : 2)

Amal yang terbaik adalah amal yang ikhlas dan sesuai dengan ajaran Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabbnya, hendaklah dia melakukan amal salih, dan tidak mempersekutukan dalam beribadah kepada Rabbnya dengan sesuatu apapun.” (al-Kahfi : 110)

Amal yang ikhlas artinya amal yang dilakukan karena Allah dan untuk mencari keridhaan dan pahala dari Allah. Karena Allah tidak menerima amalan yang tercampuri syirik. Allah tidak menerima amalan yang dilakukan dengan maksud untuk mencapai ambisi-ambisi dunia semata. Allah berfirman (yang artinya), “Dan Kami hadapi segala amal yang dahulu mereka kerjakan, lalu Kami jadikan ia bagaikan debu-debu yang beterbangan.” (al-Furqan : 23)

Amal salih adalah amal yang mengikuti ajaran Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebab amal yang tidak sesuai dengan ajaran beliau tidak akan diterima. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa melakukan suatu amalan yang tidak ada tuntunan dari kami niscaya hal itu akan tertolak.” (HR. Muslim)

Oleh sebab itu amal yang tidak ikhlas atau tidak sesuai tuntunan akan sia-sia, bahkan mendatangkan penyesalan dan malapetaka bagi pelakunya. Allah berfirman (yang artinya), “Katakanlah; Maukah Kami kabarkan kepada kalian mengenai orang-orang yang paling merugi amalnya; yaitu orang-orang yang sia-sia usahanya di dalam kehidupan dunia, sementara mereka mengira telah melakukan perbuatan dengan sebaik-baiknya.” (al-Kahfi : 103-104)

Setiap amalan yang tidak ditegakkan di atas tauhid dan keimanan akan lenyap. Sebesar apapun dan sebanyak apapun amalan itu, jika disertai dengan syirik besar akan sirna dan tertolak di hadapan Allah. Allah berfirman (yang artinya), “Sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada orang-orang sebelummu; Jika kamu berbuat syirik pasti akan lenyap seluruh amalmu dan benar-benar kamu akan termasuk golongan orang-orang yang merugi.” (az-Zumar : 65) 

Oleh sebab itu setiap rasul yang diutus oleh Allah menyerukan tauhid dan melarang dari syirik. Allah berfirman (yang artinya), “Dan sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul yang menyerukan; Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.” (an-Nah : 36)

Islam hanya akan bisa tegak dengan pondasi tauhid. Tauhid inilah kewajiban terbesar di dalam agama sebelum kewajiban-kewajiban lainnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hak Allah atas para hamba adalah hendaknya mereka beribadah kepada-Nya dan tidak mempersekutukan dengan-Nya sesuatu apapun.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Tauhid adalah mengesakan Allah dalam beribadah. Menujukan ibadah kepada Allah semata dan meninggalkan segala bentuk sesembahan selain-Nya. Karena hanya Allah yang menciptakan dan memberi rezeki maka hanya Allah yang berhak untuk disembah. Allah berfirman (yang artinya), “Wahai manusia, sembahlah Rabb kalian; Yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian, mudah-mudahan kalian bertakwa.” (al-Baqarah : 21)

Adapun melakukan ibadah kepada Allah dan menujukan ibadah kepada selain-Nya merupakan perbuatan syirik dan dosa besar yang paling besar. Sebagaimana tauhid adalah perintah paling agung maka lawannya yaitu syirik adalah larangan yang paling besar. Allah berfirman (yang artinya), “Sembahlah Allah, dan janganlah kalian mempersekutukan dengan-Nya sesuatu apapun.” (an-Nisaa’ : 36)

Allah tidak mengampuni pelaku dosa syirik besar apabila ia meninggal dalam keadaan belum bertaubat darinya. Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Allah tidak akan megampuni dosa syirik kepada-Nya dan masih mengampuni dosa-dosa di bawahnya bagi siapa saja yang dikehendaki oleh-Nya.” (an-Nisaa’ : 48)

Pelaku syirik akbar dan mati di atasnya di akhirat akan dihukum kekal di neraka. Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya barangsiapa yang mempersekutukan Allah maka sungguh Allah telah mengharamkan atasnya surga dan tempat tinggalnya adalah neraka, dan tidak ada bagi orang-orang zalim itu seorang pun penolong.” (al-Maa-idah : 72)

Karena itulah kunci kebahagiaan dan keselamatan seorang hamba adalah tauhid. Dengan tauhid inilah dia akan mendapatkan keamanan dan hidayah. Allah berfirman (yang artinya), “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuri imannya dengan kezaliman/syirik, mereka itulah orang-orang yang akan diberikan keamanan dan mereka itulah orang-orang yang diberi hidayah.” (al-An’am : 82)

Karena itulah dakwah yang paling penting dan paling wajib adalah mengajak kepada kalimat laa ilaha illallah yaitu dakwah tauhid. Ketika mengutus Mu’adz bin Jabal radhiyallahu’anhu ke Yaman, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hendaklah yang pertama kali kamu serukan kepada mereka ialah supaya mereka mentauhidkan Allah.” (HR. Bukhari)

Kalimat laa ilaha illallah mengandung penolakan ibadah kepada selain Allah dan menetapkan ibadah untuk Allah semata. Allah berfirman (yang artinya), “Dan Rabbmu telah menetapkan; Janganlah kalian menyembah kecuali hanya kepada-Nya…” (al-Israa’ : 23)

Oleh sebab itu segala bentuk ibadah hanya boleh dipersembahkan kepada Allah. Allah berfirman (yang artinya), “Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah milik Allah, maka janganlah kalian menyeru/berdoa/beribadah bersama dengan Allah siapa pun juga.” (al-Jin : 19)

Dengan demikian sudah semestinya setiap muslim memperhatikan masalah tauhid ini dan berusaha menjauhi segala bentuk syirik dan perkara-perkara yang mengantarkan kepadanya. Betapa banyak orang yang mengaku muslim tetapi tidak paham tauhid sehingga membuatnya terjerumus dalam syirik dalam keadaan tidak menyadarinya. Nas’alullahal ‘aafiyah


Artikel asli: https://www.al-mubarok.com/nasihat-dan-pelajaran-berharga/